Friday, October 13, 2017

[Review] PENGABDI SETAN (2017): Sebuah Standar Baru Bagi Genre Horror di Indonesia


2017 has been a great year for horror movies in Indonesia. Buktinya ada 4 judul film horror di daftar Top 10 film Indonesia terlaris 2017 yang berhasil menembus angka 1 juta penonton. Bahkan 3 diantaranya menembus lebih dari 2 juta penonton. Bukti lainnya adalah selalu ada film horror lokal yang tayang setiap minggu nya mulai awal September sampai dengan pertengahan Oktober. Ya, genre horror benar-benar telah bangkit kembali. Persaingan pun dimulai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Karena apalah arti sebuah film jika hanya fokus di segi kuantitas dan melupakan kualitas. Ditengah banyaknya film horror yang bermunculan di bioskop tanah air, tidak banyak yang terlalu memperdulikan segi kualitas. Walaupun film horror saat ini jauh lebih baik dari film horror yang muncul di era 2009-2012 yang sangat mengeksploitasi bagian tubuh sang aktor perempuan atau dengan lawakan-lawakan garing nya, masih sedikit film horror yang bisa “menghantui” ataupun layak disebut  “seram”. Bahkan film dengan budget lebih dari 5 milyar rupiah pun belum tentu bisa memberikan efek kengerian yang diharapkan penonton.


Hingga muncullah film PENGABDI SETAN, sebuah remake dari film berjudul sama yang rilis pada tahun 1982 silam. Film ini disutradarai oleh Joko Anwar, seorang sutradara kenamaan bangsa yang dikenal dengan film-filmnya yang cukup idealis. Sebut saja contohnya Kala dan Pintu Terlarang. Kala yang merupakan film bergenre noir pertama di Indonesia, sedangkan Pintu Terlarang yang merupakan film adaptasi dari novel berjudul sama bergenre psychological thriller karangan Sekar Ayu Asmara. Pintu Terlarang sendiri adalah film Indonesia favorit saya sepanjang masa. Kedua film tersebut bisa dibilang idealis karena tergolong “nyentrik” dan cukup nekat. Karena pada jamannya penonton Indonesia belum terbiasa dengan genre seperti itu, alhasil kedua film tersebut flop di pasaran. Meskipun flop, kedua film tersebut sangat dipuji-puji oleh kritikus dan mempunyai penggemar tersendiri di kalangan tertentu. Kali ini Joko Anwar merilis PENGABDI SETAN, debut horror dan film komersil pertama dari beliau. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam membuat ulang sebuah film adalah filmnya harus lives up to the hype dengan film aslinya. Jangan sampai malah mengurangi kualitas yang telah dibangun oleh film aslinya. Apalagi film aslinya dicap sebagai film horror Indonesia terseram oleh majalah Rolling Stone Indonesia. Sangatlah mengecewakan apabila kualitas film remake nya lebih rendah daripada film original nya.


Di remake PENGABDI SETAN ini, menceritakan sebuah keluarga beranak empat dengan ibunya yang sudah sakit parah selama lebih dari 3 tahun. Keluarga ini pun jatuh miskin dan harus pindah ke rumah sang nenek yang berada di desa. Sang Ibu pun meninggal dunia. Bapak dari keempat anak tersebut harus pergi ke luar kota untuk mencari nafkah, meninggalkan empat anaknya bersama sang nenek. Setelah kepergian sang ayah, mulai banyak kejadian di rumah tersebut. Mulai dari suara-suara aneh hingga penampakan yang berwujud sang Ibu.


Di film ini Joko Anwar menggunakan pendekatan atmospheric horror, yang katanya tidak mengandalkan jumpscare, but it gets to your skin. Benar saja, beberapa jumpscare memang predictable karena memang fokus utamanya bukan di jumpscare. Tapi dalam build-up nya penonton dibuat merinding menantikan apa yang akan muncul selanjutnya. Bahkan jika pun penonton sudah tau apa yang akan muncul selanjutnya, tetap akan dibuat penasaran karena eksekusi nya yang tidak main-main. Selipan komedi yang dimasukkan juga cukup fresh. Tidak receh, tidak garing, tapi klop. Sangat pas buat penonton yang ingin mengambil nafas setelah dibuat sport jantung. Cerita keluarga yang dibangun pun cukup solid. Penonton dibuat peduli dan ikut merasakan emosional dengan berbagai kejadian yang menimpa keluarga ini. Tentunya bukan hanya faktor cerita saja yang membuat penonton ikut merasa peduli dengan situasi keluarga. Tetapi peran aktor juga sangat dibutuhkan dalam membangun karakter yang likeable dan bisa mengeluarkan rasa empati penonton. Salah satu faktor lain yang membuat remake PENGABDI SETAN ini memorable adalah karena Joko Anwar bisa membuat benda-benda di dalam film menjadi sangat ikonik. Beberapa diantaranya ada ibu, lonceng, sisir, radio, telur dadar, View-Master, sumur, payung, hingga biji saga. Benda-benda tersebut dimanfaatkan dengan sangat baik hingga para penonton pun jika mendengar salah satu nama benda tersebut langsung ingat bahwa benda itu ada di dalam film ini.


Last words, PENGABDI SETAN memang bukan film terseram yang pernah saya tonton. Tapi film ini telah membuat standar baru bagi genre horror di Indonesia. Jika ada yang mau membuat film horror Indonesia yang bagus, harus bisa lebih seram dari ini. Puncak dari standar film horror Indonesia.