Sunday, April 30, 2017

[Review] STIP & PENSIL (2017)


Setelah “Cek Toko Sebelah” yang mendapat tanggapan baik dari para penonton, serta berhasil memperoleh lebih dari 2 juta penonton, Ernest Prakasa kembali lagi ke dunia perfilman. Tetapi kali ini hanya sebagai aktor. Tidak sebagai penulis naskah maupun sebagai sutradara. Film yang juga dibintangi oleh Tatjana Saphira, Indah Permatasari, dan Ardit Erwandha ini menceritakan tentang 4 anak SMA yang sombong, gaul, dan kaya. Yaitu Toni, Aghi, Bubu, dan Saras. Disaat mereka diberikan tugas untuk menulis essay mengenai kepedulian sosial, mereka bertemu dengan Ucok, seorang bocah pengamen jalanan. Disitulah mereka mendapat inspirasi untuk membuat essay tentang anak anak kurang mampu yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka pun membuat sekolah darurat di lingkungan tempat tinggal anak anak kurang mampu tersebut. Tapi disinilah konflik bermula. 


Naskah yang ditulis sangat brilian oleh Joko Anwar ini mengandung banyak sindiran terhadap society kita. Maklum, 2 film komedi yang sebelumnya juga ditulis oleh Joko Anwar (Arisan & Janji Joni) adalah komedi satir. Mulai dari berita hoax sampai “disuap” agar mau sekolah pun ada. Dari sisi komedi, entah kenapa filmnya “enjoyable” banget. Terakhir nonton komedi sampe se-ngakak ini saat nonton “My Stupid Boss” which is last year. Nonton “Warkop DKI Jangkrik Boss Part 1” juga ngakak, tapi lebih banyak cringe nya dibandingkan lucu nya. Untuk “Stip & Pensil” ini, lucu nya benar benar alami. Mulai dari lugunya Bubu, sampai mbah yang hidupnya selalu menderita. Tapi, karena saking fokus kepada sisi komedi nya, pesan satir yang berusaha disampaikan disini menjadi tidak terasa. Ada beberapa adegan yang semestinya menunjukkan pesan tapi malah jadi “Ini maksudnya apa?”. Dan babak akhir yang terkesan buru buru hingga sedikit menghilangkan rasa cinta terhadap film ini. Beberapa adegan di film ini juga tidak perlu ada di film ini. Seperti hubungan Edwin & Saras. Dan Ncek dan Bapaknya. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai dua bagian itu. Bagaikan plothole, tidak terjawab pula tidak penting. 


Tidak ada yang spesial dari directing style nya Ardy Octaviand, yang sebelumnya pernah menyutradarai film “3 Dara”. Tetapi, Ardy paham betul bagaimana cara merealisasikan apa yang ada di naskah menjadi nyata. Dan para cast yang patut diacungi jempol, terutama Tatjana yang berhasil memerankan seorang Bubu yang tulalit. I’m in love with her. Gimana caranya jadi karakter yang  bodoh tapi tetap buat kita jatuh cinta sama karakter tersebut itu susah lho. Setiap scene yang ada Bubu nya pasti bikin senyum senyum sendiri. Dan oh ya, joke Bubu yang super meta itu berhasil bikin saya ngakak. Ernest yang sudah beranak dua pun masih bisa berakting menjadi murid SMA dan berbaur dengan ketiga cast lainnya tanpa ada rasa awkward. Saya sebagai penonton pun juga tidak merasa aneh ataupun ilfeel melihat Ernest sebagai murid SMA. “Stip & Pensil” adalah sebuah sajian yang menghibur, walaupun lack of its message, tapi tetap enjoyable. It’s a must watch. Apalagi untuk anak anak SMA sekarang.